LEBIH DEKAT MENGENAL DESA  SUSUKANLEBAK

Pondopo Balai Desa

 Desa Susukanlebak merupakan sebuah wilayah yang terletak di sebelah timur Kabupaten Cirebon. Sebelum adanya pemekaran kecamatan, Susukanlebak termasuk sebagai salah satu desa yang berada di bawah Kecamatan Lemahabang. Namun, sejak terjadinya pemekaran sejumlah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Susukanlebak didapuk menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon yang melingkupi beberapa desa di bagian selatan Kecamatan Lemahabang dan sejumlah desa di bagian barat Kecamatan Karang Sembung.

Taman Balai Desa
Sejatinya, sejak dulu Desa Susukanlebak sudah sangat dikenal masyarakatluar. Halini antara lain karena sejumlah prestasi yang ditorehkan Desa Susukanlebak dan masyarakatnya. Beberapa prestasi tersebut antara lain keberhasilan Desa Susukanlebak sebagai juara 1 lomba kebersihan desa se-Jawa Barat di tahun 1964. Akibat prestasi tersebut, Desa Susukanlebak sempat menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya di seluruh Indonesia.
Bahkan, ketika desa-desa di sekitarnya masih gelap-gulita karena belum dialiri listrik, Susukanlebak telah dicap sebagai kota di tengah leuweung (kota di tengah hutan) karena terang-benderang listrik telah menjangkau rumah-rumah di wilayah itu. Kisah ini didapat penulis berdasarkan penuturan seorang sepuh warga Desa Pasawahan pada sekitar tahun 1995. Konon, listrik yang menerangi Desa Susukanlebak itu merupakan swadaya masyarakat yang memasang generator dengan memanfaatkan derasnya aliran SungaiCimanis.
Selain cerita listrik, Susukanlebak juga dikenal keindahannya karena memiliki desain interior yang rapih dan indah. Kerapihan dan keindahan terlihat di sepanjang jalan utama Desa Susukanlebak yang memiliki pagar bercat putih. Keindahan lainnya adalah adanya air mancur di depan pendopo Balai Desa Susukanlebak. Air mancur ini merupakan pelengkap hiasan taman di samping tugu Apollo, Burung Garuda yang mencengkeram bola dunia, dan pohon beringin yang berdiri megah.
Berdasarkan penuturan Almarhum Eno Suwarna (kami menyebutnya Abah Eno, masyarakat memanggilnya Lulugu Eno) yang merupakan sesepuh dan perangkat desa, pembuatan air mancur dilakukan setelah melakukan survei ke sebuah daerah di Kuningan, Jawa Barat. Adapun pagar bercat putih sebagai simbol bersatunya visi masyarakat setempat untuk menjadikan Desa Susukanlebak sebagai wilayah yang mencintai kebersihan, keindahan, dan kerapihan.
Nama Susukanlebak sendiri tidak diketahui sejak kapan munculnya. Susukanlebak berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yakni susukan dan lebak. Dari sisi etimologi, Susukanlebak bermakna sungai yang berada di dataran rendah. Makna ini akan sesuai jika disandingkan dengan nama sebuah desa di sebelahnya, Susukan Tonggoh yang kurang lebih bermakna sungai yang berada di dataran tinggi.
Berdasarkan penuturan tetua-tetua di kampung, boleh jadi, Susukanlebak sudah ada sejak pra Islam berkembang di Cirebon. Terlebih jika menyimak sejarah leluhur Desa Susukanlebak, yakni Buyut Silem yang satu jaman dengan sosok bernama Buyut Panipes atau yang lebih dikenal sebagai Buyut Curug Landung. Nama terakhir merupakan kuwu (kepala desa) pertama sekaligus pendiri Desa Curug yang berbatasan langsung dengan Desa Susukanlebak (sebelum terjadi pemekaran menjadi Susukanlebak dan Susukan Agung).
Konon, Panipes atau Buyut Curug Landung merupakan salah seorang priyayi yang memiliki darah biru dari Pajajaran. Perjalanan Buyut Curug Landung ke wilayah timur Tatar Pasundan ditengarai dalam rangka mencari area penghidupan bagi anak-cucunya kelak. Setelah berhasil menemukan tempat yang dirasakan cocok, Buyut Curug Landung menetap dan menamakan tempat tersebut sebagai Curug yang kurang lebih bermakna air yang mengalir ke bawah.
Tidak jauh dari Kampung Curug, tinggal seorang sepuh yang linuwih dan sederhana. Dialah Buyut Silem yang dikenal sebagai kuwu Susukanlebak. Sejatinya, Buyut Silem merupakan gelar. Sementara nama aslinya tidak (atau belum) diketahui. Seperti Buyut Curug Landung, nama buyut disematkan sebagai gelar bagi seorang kepala desa ketika itu. Adapun nama silem pun merupakan gelar yang ditahbiskan kepada pendiri Susukanlebak itu setelah memenangkan sebuah pertempuran dengan Buyut Curug Landung.
 Pentahbisan Buyut Silem
Alkisah, saat Buyut Curug Landung mencari wilayah untuk ditempatinya, dia Mertemu dengan Buyut Silem. Sudah lazim, tampaknya, leluhur di jaman baheula melakukan adu kadigdayaan untuk mendapatkan wilayah orang lain atau sekadar mengetahui siapa yang lebih sakti. Mungkin ini pula yang terjadi dalam kisah ini, di mana Buyut Curug Landung menantang Buyut Silem untuk beradu kesaktian.
Setelah ditentukan bahwa adu kesaktian dilakukan dengan beradu menyelam di dasar Sungai Cimanis, maka ditentukanlah syarat bagi pemenang. Yakni, siapa saja yang mampu bertahan paling lama di dasar Sungai Cimanis, maka dialah pemenangnya. Adapun taruhannya: saha nu eleh, meunangkeun taneuh sakepakan hayam! (siapa yang kalah hanya mendapatkan tanah satu kepakan sayap ayam). Artinya, siapapun yang kalah, wilayahnya harus rela diserahkan kepada sang pemenang. Adapun pihak yang kalah berhak atas hibah tanah dari sang pemenang.
Konon, disaksikan sejumlah warga, kedua buyut itu pun beradu kesaktian. Keduanya mulai neuleum (bahasa sunda bermakna menyelam) hingga menyentuh dasar Sungai Cimanis. Dengan olah kanuragan yang terlatih, keduanya mampu bertahan hingga berhari-hari tidak keluar dari dasar Sungai Cimanis. Sekadar untuk diketahui, Sungai Cimanis merupakan aliran air yang bermuara di Pantai Utara (Pantura) Jawa, dengan diameter yang cukup luas dan aliran air yang digunakan untuk mengairi sawah dan ladang.
Singkat cerita, setelah lama menahan nafas dan berendam di dasar Sungai Cimanis, tiba-tiba muncul tubuh Buyut Curug Landung di permukaan. Sesuai perjanjian, maka Buyut Curug Landung harus mengakui kekalahannya. Berdasarkan perjanjian itu pula Buyut Curug Landung harus rela hanya mendapatkan wilayah sakepakan hayam.
Tidak begitu jelas bagaimana proses eksekusi sakepakan hayam itu dilakukan, yang jelas Buyut Curug Landung akhirnya mendapatkan haknya sebagai pihak yang kalah. Yakni sebuah wilayah yang luasnya jauh lebih kecil dibandingkan wilayah yang dimiliki Buyut Silem. Namun, saat itu, konon Buyut Silem sempat berujar bahwa di masa yang akan datang keturunan Buyut Curug Landung justeru akan memakai tanah yang ada di wilayahnya untuk penghidupan keturunan Buyut Curug Landung. Buyut Silem pun rela dengan kondisi demikian, asalkan kehidupan bermasyarakat di dua desa tersebut berjalan damai, rukun, dan saling menghormati.
Kini, rekam jejak bukti ke-linuwih-an Buyut Silem dapat terlihat dari dua prasasti yang mengapit sekaligus penanda batas jalan antara Desa Curug dan Desa Susukan Agung. Adapun wilayah yang dimiliki Buyut Silem memanjang mulai batas Desa Susukan Agung (sebelum pemekaran, Desa Susukan Agung termasuk ke dalam wilayah Desa Susukanlebak) hingga di ujung kulon kampung Moncongos dan berbatasan dengan Desa Susukan Tonggoh di sebelah kaler (utara).
Saat ini, baik masyarakat Desa Curug maupun Desa Susukanlebak dan masyarakat di sekitarnya hidup berdampingan dengan sangat rukun. Sudah menjadi hal yang lazim pula jika di masyarakat terjadi pernikahan yang mempertemukan pengantin dari kedua belah pihak. Terlebih lagi masyarakat di kedua desa tersebut, seperti halnya desa-desa lainnya di Kecamatan Susukanlebak, sangat menjunjung tinggi ajaran Islam sebagaiway of life dalam kehidupan sehari-hari.

Masjid Nurul Kalam.

Mesjid Nurul Kalam

Selain kisah tentang Buyut Silem, Desa Susukanlebak memiliki sejarah unik lainnya yang diidentikkan dengan keberadaan Masjid Nurul Kalam. Masjid ini termasuk dituakan di wilayah Kecamatan Susukanlebak dan sekitarnya. Masyarakat yang sekadar ingin mengetahui masjid ini biasanya datang di Hari Jumat sekaligus menunaikan Shalat Jumat di situ. Bahkan, ada juga yang datang sambil membawa anaknya yang belum bisa berjalan untuk didoakan marbot masjid agar secepatnya bisa berjalan.
Namun sayang, karena keterbatasan akses informasi yang didapat penulis, kisah seputar Masjid Nurul Kalam tidak banyak diketahui. Hanya saja tersiar kabar dari cerita para tetua di desa ini bahwa Nurul Kalam adalah nama salah seorang waliyullah penyebar agama Islam di wilayah ini. Mbah Nurul Kalam, demikian ia biasa disapa masyarakat setempat, menyiarkan agama Islam bersama saudaranya Nurus Syam.
Tidak (atau belum) diketahui tahun keberadaan mereka berdua di wilayah ini dan dari mana mereka berasal. Namun diperkirakan keduanya hidup semasa pemerintahan Kesultanan Cirebon di bawah Sultan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Adapun jejak peninggalan Mbah Nurul Kalam, selain masjid adalah makam yang terletak di Blok Pahing Desa Susukanlebak. Hingga saat ini, makam tersebut terawat cukup baik dan kerap dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.

TOKOH-TOKOH PERINTIS 


BUYUT SILEM
Buyut Silem adalah orang yang pertama sekali dikenal sebagai pemimpin Desa Susukanlebak yang banyak disebut-sebut orang.penulisan ini hanya dimulai dari Buyut Silem yang konon sebelumnya pun sudah ada pemimpin tapi tidak terlalu dikenal oleh masyarakat.
Adapun nama Buyut Silem itu sendiri bukanlah nama aslinya, namun hanyalah suatu nama yang merupakan julukan belaka. sebelum mendapatkan julukan buyut silem, ialah dengan nama Buyut Lotong dikarenakan badannya gemuk dan kulitnya hitam legam. Buyut ini mendapatkan nama Silem karena pada masa kepemimpinan beliau keadaan tanah Desa Susukanlebak masih semak belukar dan lokasinya terpencar-pencar diantaranya adalah : Tanah Menger, Tanah Hunyur, Tanah Pasir dan Tanah Munjul.
BUYUT TEGER
Munculnya nama Buyut Teger mempunyai kisah tersendiri yaitu atas panggilan/undangan Buyut Silem, untuk diminta bantuannya sehubungan terjadi suatu masalah yang menimpa masyarakat desa susukanlebak yaitu terjangkit suatu wabah penyakit Pagebug ( pagi sakit sore mati dan hanya Buyut Tegerlah yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Petunjuk inipun didapat dari tapakurnya Buyut Silem bahwa yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut adalah Buyut Teger. Alhamdulillah dengan kedatangan Buyut Teger ke Desa Susukanlebak dan segala kemampuan beliau serta atas ijin Tuhan Yang Maha Esa Seluruh Rakyat Desa Susukanlebak dapat disembuhkan dan wabah penyakit musnah seperti ditelan bumi. Beliau ( Buyut Teger ) menetap di Desa Susukanlebak sampai meninggalnya. Makamnya pun sampai sekarang banyak dijiarahi orang.
NYAI RAMBUT KASIH
Nyai Rambut Kasih adalah salah satu dari putra buyut silem dari dua saudara. Beliau menetap di Desa Susukanlebak. Beliau dijuluki nama seperti itu karena mempunyai rambut yang sangat panjang sampai ke ujung kaki, prilaku beliau baik sayang terhadap siapapun, apalagi terhadap anak yatim piatu.
Beliau menetap sampai meninggalnya di Desa Susukanlebak dan dimakamkan diMesjid Desa Susukanlebak. Konon orang masih mempercayai bahwa Nyai Rambut Kasih masih berada di Mesjid dan Kolam Mesjid. Makanya setiap hari jum'at kliwon mesjid Desa Susukanlebak banyak dikunjungi orang baik Desa Susukanleak maupun dari luar Desa Susukanlebak untuk keberkahan dan karomahnya, terutama bagi anak-anak yang lambat jalan dengan cara menggosok-gosokkan kaki dan badan anak tersebut ke bedug agar bisa jalan. Adapun kolam yang ada dimesjid banyak dikunjungi para gadis dan janda untuk mencuci muka agar mukanya bercahaya.
EMBAH NURKALAM
Embah Nurkalam adalah orang  pertama yang membawa sinar terang bagi rakyat Desa Susukanlebak. Beliau berasal dari Desa Talaga Sanghyang, Kabupaten Majalengka, beliau datang ke daerah Cirebon dalam rangka perjalanan kedaerah timur untuk mencari ilmu, dan pernah tinggal di Desa Kaligawe serta menetap di Desa Susukanlebak tepatnya diblok Pesantren, beliau merasa prihatin melihat kehidupan di Desa Susukanlebak yang masih menganut ajaran hindu atau kejawen, beliau merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk meluruskan dan merubah kehidupan beragama di Desa Susukanlebak ke ajaran syareat islam yang benar.
Dengan penuh kesabaran dan kebijakan beliau lambat laun  masyarakat Desa Susukanlebak, yang terdiri dari anak remaja dan orang tua tertarik untuk menjadi santrinya beliau. Adapun tempat peristirahatan terakhir beliau berada di Blok Cicurah Desa Susukanlebak. Sebagai informasi terakhir Embah Nurkalam adalah ulama besar yang banyak di ketahui orang bukan saja di Desa Susukanlebak saja melainkan diluar Desa Susukanlebak karena sampai kinipun makamnya masih dijiarahi oleh orang-orang di luar Desa Susukanlebak

DAFTAR KUWU YANG TELAH BERJASA DALAM MEMBANGUN 
DESA SUSUKANLEBAK





1 komentar:

  1. blok manis,desa kakekku " Muhammad Sutadipraja ", sodara kakek yg msh ku ingat Emo Adiwijaya

    BalasHapus